Catatan Tentang Sifat Malu ( Sumber: Tanbihul Ghafilin : “Peringatan Bagi Yang Lupa”)
1. Abul Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ayyub Al Anshari r.a berkata: Nabi s.a.w bersabda:
“Empat macam dari kebiasaan sifat para Nabi – nabi dan Rasul, iaitu Berharum – harum, Nikah, Bergosok Gigi ( siwak ) dan Malu.”
2. Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari uqbah bin Aamir r.a berkata: Nabi s.a.w bersabda:
Sesungguhnya setengah daripada apa yang didapatkan orang – orang dari keterangan nabi – nabi yang dahulu: Jika kau tidak malu maka berbuatlah sesukamu. Yakni jika perbuatan itu tidak akan menjatuhkan kehormatanmu dalam agama, sehingga menyebabkan malu, maka boleh engkau berbuat apa – apa yang sudah pasti tidak bakal memalukan padamu itu”
3. Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas’uud r.a berkata: Nabi s.a.w bersabda:
“Malulah kamu kepada Allah, jawab sahabat: Kami sudah malu pada Allah, walhamdulillah. Nabi s.a.w bersabda: Bukan itu, tetapi siapa yang malu pada Allah dengan sesungguhnya, maka harus menjaga kepala dan pancaindera yang di sekitarnya daripada dosa – dosanya, juga perut dan apa yang masuk di dalamnya, dan harus selalu ingat akan mati dan kerusakan dalam kubur, dan siapa yang benar – benar menginginkan akhirat ia sanggup meninggalkan kesenangan dunia, maka siapa berbuat demikian maka is telah malu kepada Allah dengan sungguh – sungguh malu.”
4. Alhasan dari Nabi s.a.w bersabda:
“Sifat malu itu daripada iman, dan iman itu di syurga, dan kekejian itu dari kerendahan budi, dan kerendahan budi itu di dalam neraka.”
Salman Alfarisi r.a berkata: Jika saya mati kemudian hidup kembali, kemudian mati lagi lalu hidup kembali hingga tiga kali, maka yang demikian tu lebih baik bagiku daripada melihat aurat seseorang atau orang melihat auratku.
5. Ali bin Abi Thalib r.a berkata: Allah telah mengutuk ( melaknat ) orang yang melihat aurat dan yang dilihatnya. Nabi s.a.w bersabda:
“Tidak dihalalkan bagi seseorang masuk dalam tempat permandian kecuali dengan sarung”.
Alhasan Albashri berkata:
“Tidak layak bagi seseorang yang akan masuk ke tempat permandian kecuali dengan dua sarung, yang satu untuk menutup aurat dan yang satu untuk menutup matanya dari aurat orang lain.”
6. Isa bin Maryam a.s berkata:
“Awaslah kamu dari melihat, sebab akan menanam syahwat dalam hati, dan cukuplah itu sebagai fitnah bagi orangnya”.
Seorang hakim ditanya: “Siapakah orang fasiq ?” Jawabnya: “ Ialah yang tidak memejamkan matanya dari pintu orang dan aurat mereka”.
7. Anas bin Malik r.a berkata:
“Adanya Nabi s.a.w jika akan buang air tidak mengangkat ( menyingsing) kainnya sehingga dekat ke tanah ( sehingga mencangkung )”.
Abul Laits berkata: “Hayaa’ ( malu ) itu ada dua macam, malu kepada sesama manusia dan malu kepada Allah. Adapun malu yang diantara kau sesama manusia, iaitu dengan menutup mata dari apa – apa yang tidak halal bagimu. Adapun malu antara kamu dengan Allah iaitu merasakan nikmat dari Alah sehingga merasa malu untuk berbuat maksiat pada-Nya.”
Umar r.a masuk ke rumah Nabi s.a.w, tiba – tiba Nabi s.a.w sedang menangis, maka ditanya oleh Umar: Mengapakah kamu menangis ya Rasulullah ? Jawab Nabi s.a.w :
“Jibril memberitahu kepadaku, bahawa Allah malu akan menyiksa seorang hamba yang sampai beruban di dalam Islam, apakah tidak malu orang tua itu jika akan berbuat dosa sesudah ia beruban di dalam Islam”.
Bahz bin Hakim dari ayahnya berkata: “Ya Rasulullah apakah yang harus kami pebuat terhadap aurat ? Jawab Nabi s.a.w :
“Jagalah auratmu kecuali terhadap isterimu dan budakmu. Saya bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana jika kami sendirian ?” Jawab Nabi s.a.w : “Maka Allah itu lebih patut kami malu kepada-Nya”.
8. Seorang ulama’ memberi nasihat kepada puteranya: “Hai anak, jika nafsumu akan berbuat dosa, maka lihatlah ke atas dan malulah dari penduduk langit, jika tidak maka tundukkan matamu ke bumi dan malulah dari penduduk bumi, maka bila kau tidak takut pada penduduk langit dan tidak malu pada penduduk bumi, maka anggaplah dirimu dari golongan binatang yang tidak berakal”
9. Al Fudhail bin Iyaadh berkata: “Kamu menutup pintumu dan menurunkan tabirmu dan merasa malu kepada manusia, tetapi tidak malu kepada Al-Quran yang ada di dadamu, dan tidak malu kepada Allah yang Maha Besar yang tidak ada sesuatu yang dapat tersembunyi pada-Nya”.
10. Manshur bin Ammar berkata: “Dalam ajaran hikmat : Siapa yang melihat kejelekan dirinya tidak hirau terhadap kejelekan orang lain, dan siapa yang rela dengan rezeki pemberian Allah kepadanya, tidak sedih memikirkan apa yang ditangan orang lain, dan siapa yang menghunus pedang kekejaman ( kezaliman ) pasti akan terpotong tangannya oleh pedang itu juga, dan siapa menggali perigi untuk menjerumuskan kawannya, maka ia terjerumus sendiri di dalamnya, dan siapa yang membuka rahsia orang, akan terbuka auratnya, dan siapa yang lupa akan kesalahannya, pasti ia akan membesar – besarkan kesalahan orang lain. Dan siapa yang sombong dengan akalnya, maka akan tergelincir. Dan siapa yang sombong pada orang lain, pasti akan hina. Dan siapa yang berlebih – lebihan dalam amal perbuatannya, pasti jemu ( bosan ). Dan siapa yang berbangga diri, pasti patah. Dan siapa yang memperbodoh dan memaki, akan dimaki. Dan siapa yang berkawan pada orang – orang rendah, akan terhina. Dan siapa yang duduk bersama ulama’ akan dihormati. Dan siapa yang masuk ke tempat kejahatan, akan tertuduh. Dan siapa yang meremehkan agama, akan terbentur ( terjerumus ). Dan siapa yang mengambil harta orang lain, akan menjadi miskin ( fakir ). Dan siapa yang mengharap sejahtera, hendaklah sabar. Dan siapa yang tidak mengetahui langkah kakinya, pasti berjalan dengan penyesalan. Dan siapa yang takut kepada Allah, pasti beruntung. Dan siapa tidak berpengalaman, pasti tertipu. Dan siapa yang melawan ahlilhaq ( orang yang benar ) pasti akan kalah. Dan siapa yang menanggung yang melebihi dari tenaganya, pasti akan lemah. Dan siapa yang meyedari ajalnya, akan mengurangi lamunannya. Dan siapa yang kebiasaan dalam kebodohan, dia akan meninggalkan jalan yang adil”.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan